Romo Bachtiar Ismail, dalam ceramah di Kebaktian Wihara Ekayana Serpong pada 21 Januari
2024, menyoroti pentingnya pelayanan dalam praktik agama Buddha. Di Myanmar, umat
Buddha menerapkan konsep pelayanan sosial di berbagai aspek kehidupan.
Pelayanan dilakukan di antara orang tua dan anak, guru dan murid, suami dan istri, sesama
kerabat, para Brahmana, hingga majikan dan bawahan. Misalnya, anak-anak di Myanmar tetap
aktif merawat orang tua mereka, bahkan ketika sudah dewasa. Guru membantu murid mencari
pekerjaan, dan murid menghormati guru seperti orang tua mereka.
Di Myanmar, pelayanan dilakukan dengan penuh dedikasi. Bahkan, ada contoh perempuan yang
tanpa pamrih membantu dalam kebersihan wihara meskipun berisiko mengotori pakaian mereka.
Umat Buddha di sana selalu berupaya mencari kesempatan untuk melayani, jika ditolak, mereka
memohon kesempatan untuk berdana dan melayani.
Meskipun pelayanan memiliki dampak besar dalam ajaran Buddha, kita juga harus bijaksana
dalam melakukannya. Kita tidak boleh hanya melayani orang lain, tapi juga keluarga sendiri.
Dengan melayani dengan tulus dan tanpa henti, kita akan mencapai kesempurnaan dalam
menjalani ajaran Buddha. (Andy Herman)